Kabarfaktanews.com ,Sumatera Utara.
Suku Batak dikenal luas sebagai salah satu kelompok etnis besar di Indonesia yang mendiami wilayah Sumatera Utara. Namun siapa sangka, di balik kekayaan adat dan budaya yang dimilikinya, penelitian terbaru mengungkap bahwa nenek moyang suku Batak kemungkinan besar memiliki hubungan historis dengan masyarakat dari wilayah Asia Selatan.
Temuan ini muncul dari hasil kolaborasi riset antara ahli genetika, arkeolog, dan antropolog dari berbagai institusi dalam dan luar negeri. Mereka meneliti garis keturunan genetik masyarakat Batak melalui DNA mitokondria serta kromosom Y yang diwariskan secara turun-temurun. Hasilnya menunjukkan adanya keterkaitan genetik yang signifikan dengan populasi purba dari kawasan Asia Selatan seperti India bagian selatan dan Sri Lanka.
“Penanda genetik yang ditemukan pada beberapa subetnis Batak, seperti Toba, Karo, dan Mandailing, menunjukkan adanya jejak yang mirip dengan populasi kuno di Asia Selatan. Ini mengindikasikan bahwa sebagian leluhur mereka mungkin berasal dari wilayah tersebut ribuan tahun lalu,” jelas Dr. Asep Wiratno, ahli genetika dari Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, dalam forum ilmiah bertajuk "Migrasi Manusia Nusantara" yang digelar di Universitas Sumatera Utara.
Lebih jauh, para peneliti juga menemukan kesamaan dalam struktur sosial dan budaya antara masyarakat Batak dan sejumlah komunitas di Asia Selatan. Sistem marga yang menjadi identitas kuat bagi orang Batak, disebut memiliki kemiripan dengan sistem kasta atau klan yang ditemukan di India Selatan. Hal ini diperkuat oleh bentuk pemujaan terhadap leluhur, sistem kekerabatan patrilineal, serta tradisi lisan yang berkembang di kedua wilayah.
Jalur Migrasi Purba
Sejumlah arkeolog menduga bahwa nenek moyang suku Batak masuk ke wilayah Nusantara melalui jalur barat — menyusuri pesisir barat Sumatera setelah melakukan perjalanan panjang dari Asia Selatan melewati daratan Myanmar dan Semenanjung Melayu.
- “Gelombang migrasi ini terjadi pada masa prasejarah, sekitar 3.000–4.000 tahun yang lalu. Mereka menetap di wilayah pegunungan Sumatera dan mulai mengembangkan sistem sosial, pertanian, dan spiritualitas yang khas,” ungkap Prof. Clara Simanjuntak, antropolog budaya dari Leiden University yang telah meneliti budaya Batak selama dua dekade.
Respons Tokoh Adat Batak
Menanggapi temuan ini, tokoh adat dan pemuka budaya Batak menegaskan bahwa asal-usul genetik tidak menggoyahkan identitas dan martabat budaya Batak yang telah terbangun selama ribuan tahun.
“Kami menghormati ilmu pengetahuan, tetapi budaya Batak bukan sekadar soal darah atau DNA. Kami punya nilai-nilai adat, filosofi hidup Dalihan Na Tolu, dan sistem marga yang kuat. Dari mana pun asal leluhur kami, Batak telah berakar dalam tanah Sumatera ini,” ujar Raja Tua Sihombing, tokoh adat dari Tapanuli Utara.
Ia juga menambahkan bahwa justru temuan ini bisa menjadi jembatan untuk mempererat hubungan antarbangsa dan memperkaya pemahaman sejarah manusia Nusantara.
Arah Penelitian Selanjutnya
Para peneliti berharap studi ini tidak berhenti pada aspek genetik semata, tetapi dilanjutkan dengan pendekatan multidisipliner seperti linguistik historis, arkeologi, dan kajian manuskrip kuno. Hal ini penting untuk membangun narasi sejarah yang lebih utuh mengenai asal-usul dan perkembangan etnis-etnis di Indonesia, termasuk Batak.
“Kita hidup di negeri yang sangat majemuk. Menelusuri akar sejarah kita tidak bertujuan untuk memisahkan, tapi justru untuk menyatukan dalam keragaman,” tutup Dr. Asep Wiratno.
Dengan temuan ini, sejarah Suku Batak kembali menarik perhatian dunia. Bukan hanya karena budayanya yang kuat, tetapi juga karena jejak panjang perjalanannya yang menghubungkan Nusantara dengan peradaban besar di belahan dunia lain.
( IT| Kabarfaktanews.com)